MENCARI DANA UNTUK BANGUN MESJID DI NIAS

Gambar pembangunan Mesjid Taqwa Teluk Dalam.

Tiada seorangpun yang berkeinginan agar gempa terjadi di negerinya.

Tetapi itulah yang terjadi tanggal 28 Maret 2005 di Nias. Banyak infra struktur, rumah tempat tinggal, sekolah, kantor dan rumah ibadah yang rusak. Menurut data yang dikirim Azhar Chaniago dari Nias, tidak kurang dari 77 unit rumah ibadah umat Islam yang rusak. Jumlah ini berarti separoh atau 50% dari mesjid dan mushalla yang tercatat 154 unit di seluruh Nias. 32 unit di antaranya rusak berat, di antaranya Mesjid Taqwa yang terletak di Jl Diponegoro Teluk Dalam, Nias Selatan. Bagaimana kondisi mesjid di Nias, silahkan mengunjungi http://peduli.muslim_nias.org/

Saya bersama isteri sudah mengunjungi dan shalat di mesjid ini. Hampir sekeliling dinding bangunan retak-retak dan saat ini ditopang pakai beberapa pohon kelapa agar tidak roboh.

Azmi Tamada, SH, Ketua Panitia Pembangunan Mesjid Taqwa Teluk Dalam beserta anggota lainnya sudah ke sana kemari mencari dana, dan Alhamdulillah sudah terkumpul sekitar Rp 130 juta. Untuk membangun kembali mesjid ini dianggarkan Rp 1 miliar. Biaya sebanyak itu sulit diharapkan sepenuhnya dari umat Islam di Nias yang jumlahnya hanya 5% dari seluruh penduduk Nias. Oleh karena itu, sangat diharapkan ada bantuan dari umat Islam di luar Pulau Nias.

Adakah di antara saudara saya yang berkenan membantu? Semoga ada umat Islam yang lagi lapang rezkinya dan berkenan untuk membantu biaya pembangunan Mesjid Taqwa Teluk Dalam. Untuk menindak-lanjutinya dapat disalurkan melalui Bank Mandiri, Nomor Rekening : 070-00-0477855-6 A/n. Yayasan Peduli Muslim Nias.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

ASAL USUL MARGA LÖMBU

Gambar
Ayahanda Buyung Lava Lömbu dan Ibunda Kanaati Zai            Museum Pusaka Nias menyelenggarakan Zoominar Budaya, pada hari Ahad, 28 Juni 2020. Topik : Kenali asal usulmu. Saya selaku orang Nias yang lahir di Padang tertarik untuk mengetahui asal muasal berbagai Marga di Nias. Ayah saya marga Lömbu, yaitu Buyung Lava Lömbu lahir 09 Maret 1915 di Rimbo Panjang dan Ibu saya, Kanaati Zai lahir tahun 1935 di Pasar Usang. Kedua orang tua saya berikut semua anak-anaknya menganut ajaran Animisme, menyembah berhala. Ibu saya meninggal dalam usia muda, 25 tahun, yaitu pada tanggal 05 April 1960, saat itu saya baru kelas I SR. Beliau masih dalam setatus menganut ajaran Animisme. Ayah saya masuk Katholik tahun 1967 dan meninggal tanggal 19 April 1975.  Saat itu saya sedang menyelesaikan Sarjana Muda di Fakultas Ushuluddin Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ) Jakarta.           Kembali ke Zoominar Budaya,  Nara Sumber Utama, yaitu Pastor Johannes M. Hammerle, OFMCap (Pendiri / Ketua Y
Baca selengkapnya

KELUARGA BAPAK HA. BIDAWI ZUBIR DI MATA SEORANG PUTRA NIAS

Gambar
HUT Perkawinan ke 50 (Kawin Emas) KH. Ahmad Bidawi Zubir dengan Hj. Sumiarty Absyar Jarang pasangan suami istri yang usia perkawinannya dapat mencapai 50 tahun. Kalau ada yang dapat meliwati 50 tahun, bagi saya pasangan suami istri tersebut adalah pasangan suami istri (pasutri) yang luar biasa. Banyak yang kandas dalam perjalanan. Boleh jadi karena bercerai hidup, atau berpisah karena ajal tiba sebelum usia perkawinan mencapai 50 tahun. Bapak H.A. Bidawi Zubir dan ibu Sumiarty adalah salah satu pasutri yang usia perkawinan mereka dapat mencapai 50 tahun pada tanggal 20 Januari 2017. Apa yang membuat perkawinan ayah bunda dari adinda Herdiansyah, Safriansyah, Ahmad Hamami dan Zulfikri ini tetap langgeng dan harmonis ? Bahwa perkawinan mereka dilandasi iman untuk meraih ridlo Allah, hal itu tidak diragukan lagi. Pada kesempatan ini saya saya menyajikan sesuatu tentang beliau sesuai pengalaman yang saya amati selama ini. Perlu saya utarakan terlebih dahulu bahwa saya adalah
Baca selengkapnya