MASJID AL-FURQAN NIAS


Musibah tidak pandang bulu. Gempa dahsyat berkekuatan 8.3 scala richter yang menimpa Nias 28 Maret 2005 lalu telah merobohkan beberapa masjid besar di Gunung Sitoli Nias, antara lain Masjid Raya Al-Furqan yang terletak di Pasar Gunung Sitoli. Setelah empat tahun roboh, hari Sabtu 17 Sya’ban 1430 H bertepatan dengan 08 Agustus 2009 telah dilaksanakan peletakan batu pertama oleh Afif Hamka (putra alm Buya Hamka) dan Binahati B. Baeha (Bupati Nias), sebagai tanda akan dimulainya pembangunan kembali masjid Raya Al-Furqan tersebut.

Musibah tidak pandang bulu. Gempa dahsyat berkekuatan 8.3 scala richter yang menimpa Nias 28 Maret 2005 lalu telah merobohkan beberapa masjid besar di Gunung Sitoli Nias, antara lain Masjid Raya Al-Furqan yang terletak di Pasar Gunung Sitoli. Setelah empat tahun roboh, hari Sabtu 17 Sya’ban 1430 H bertepatan dengan 08 Agustus 2009 telah dilaksanakan peletakan batu pertama oleh Afif Hamka (putra alm Buya Hamka) dan Binahati B. Baeha (Bupati Nias), sebagai tanda akan dimulainya pembangunan kembali masjid Raya Al-Furqan tersebut.

Menurut rencana Masjid ini akan dibangun 2.5 lantai yang dapat menampung 800 jamaah. Bentuk bangunan Masjid Al-Furqan Nias mengambil nuansa Masjid Quba’ di Madinah. Hai ini tercermin dari warnanya yang putih dan dua buah menara tinggi di kiri kanan mihrab. Juga ada nuansa Masjid Agung Al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta, yang tercermin dari warnanya yang putih, serta lantai atas untuk shalat lima waktu dan lantai bawah untuk ruang serbaguna seperti yang berlaku di Masjid Agung Al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta. Menurut Masyuri Kurniawan, arsitek masjid Al-Furqan bahwa konstruksi bangunan masjid ini dibuat tahan gempa. Selain itu juga anti karat agar tak mudah rusak kena air garam, mengingat lokasinya di pinggir pantai. Masjid yang nantinya akan merupakan masjid terbesar dan tercantik di Nias ini, direncanakan menelan biaya sebesar Rp 3.4 miliar dan diharapkan bisa selesai dalam tempo tiga tahun. Motor utama penggalang dana adalah Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar Peduli Ummat, didukung oleh Forum Zakat beserta anggota asosianya, Dewan Masjid Indonesia, perusahaan-perusahaan dengan dana Corporate Social Responsibility (CSR) dan ummat Islam Indonesia pada umumnya.

Empat tahun menunggu.

Thamrin Isa Ziliwu, yang baru saja terpilih beberapa waktu lalu menjadi Ketua Kenadziran Masjid Raya Al-Furqan, melaporkan bahwa ummat Islam Nias telah empat tahun menunggu agar Masjid Al-Furqan yang termasuk masjid tertua dan terbesar di Nias, kiranya dapat segera dibangun kembali. Namun seperti kata pepatah “maksud hati memeluk gunung, apadaya tangan tak sampai”. Panitia Pembangunan Masjid Al-Furqan telah bekerja keras menghimpun dana selama empat tahun, namun baru terkumpul sekitar Rp 300 juta. Panitia belum berani memulai pembangunnya dengan uang Rp 300 juta ini, takut nanti kandas di tengah jalan. Seperti kata H. Sukiman, Ketua Panitia Pembangunan yang lama : “Yang ada sudah diruntuh, yang baru belum jadi. Kemana orang pergi shalat”. Oleh karena itu, ummat Islam di sekitar Pasar Gunung Sitoli, bila mendirikan shalat lima waktu, Jum’at dan shalat Hari Raya, mereka menggunakan sebuah bangunan darurat yang terbuat dari triplek, papan dan seng. M Yusuf Sisus menyingkatnya TPS. T = triplek, P = papan dan S = seng. Kondisinya pun sekarang memprihatinkan, sudah mulai lapuk. Maklumlah memang bangunan ini bangunan darurat, didirikan untuk jangka pendek, sekedar untuk bisa menampung masyarakat mendirikan shalat, sambil menunggu berdirinya sebuah masjid yang permanen.

Yayasan Peduli Muslim Nias (YPMN)
154 masjid dan mushalla di seluruh wilayah Nias seluas 5.625 KM². Separoh dari rumah ibadah ummat itu atau 77 unit mengalami rusak dan tercatat 32 unit mengalami rusak berat, satu di antaranya Masjid Raya Al-Furqan. Adalah M Yusuf Sisus, seorang putra Nias bermarga Lombu kelahiran Padang dan alumni PGAN 6 tahun Padang (1965 – 1971) yang kini menetap di Serpong, Tangerang mendapat amanah dari masyarakat Muslim Nias di Jakarta dan BODETABEK menjadi Ketua Yayasan Peduli Muslim Nias (YPMN) yang didirikan 06 Oktober 2006. Tujuan utama YPMN membantu mencari dana untuk pembangunan masjid dan mushalla yang rusak akibat gempa di Nias. Banyak sekali yang mengajukan proposal minta bantuan dana melalui YPMN. Dana yang berhasil dihimpun YPMN yang tidak seberapa itu didistribusikan ke beberapa Masjid dan Mushalla, masing-masing mendapat dalam jumlah yang bervariasi, berkisar antara Rp 2.5 juta sampai Rp 15 juta per unit. Ada juga masjid dan mushalla di Nias yang sampai hari belum dapat dibantu YPMN karena memang infaq yang masuk semakin lama semakin sedikit. Tampa mengecilkan potensi infaq ummat Islam di Nias, faktanya infaq yang terkumpul setiap bulan sebesar Rp 4 juta. Bila diperlukan dana Rp 3.4 miliar, maka dari infaq yang sebesar itu, dengan catatan tidak digunakan untuk biaya operasional, baru bisa terkumpul selama 70 tahun. Berarti setelah 70 tahun baru dapat berdiri Masjid Al-Furqan. Masya Allah, alangkah lamanya!

Program Al-Azhar Peduli Muslim Nias (APMN)

“Ya Allah ya Tuhan, mudahkanlah kami untuk mendapatkan donatur yang bermurah hati membangun rumah-Mu yang telah roboh ini”, begitu Pengurus YPMN sering berdo’a kepada Allah. Ummat Islam di Nias yang merupakan penduduk minoritas, sekitar 32.000 jiwa atau 5% dari total penduduk Nias memerlukan bantuan, uluran tangan dari saudara-saudaranya ummat Islam dari luar pulau Nias. Allah mentakdirkan M Yusuf Sisus, Ketua YPMN bertemu dengan M Anwar Sani, Direktur LAZ Al-Azhar Peduli Ummat. Suatu hari M Yusuf shalat di Masjid Agung Al-Azhar. Selepas shalat bertemu Nasroul Hamzah, alumni PGAN 6 tahun Padang, kakak kelas dari M Yusuf Sisus. Nasroul Hamzah yang Sekretaris YPI Al-Azhar ini memperkenalkan M Yusuf Sisus dengan Direktur LAZ Al-Azhar yang masih muda belia ini. Hari-hari berikutnya terjadilah komunikasi yang intensif antara YPMN dan LAZ Al-Azhar, terutama menyangkut ummat Islam di Nias. LAZ Al-Azhar mengirim tim beberapa kali melakukan survey ke Nias. Bahkan Nasroul Hamzah sendiri pergi ke Nias melihat nasib ummat Islam di sana sembari bertindak sebagai penceramah pada acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan Maret lalu di Gunung Sitoli.

Awal tahun 2009 sudah terwujud kesepakatan adanya program Al-Azhar Peduli Muslim Nias (APMN) yang merupakan sinnergi antara program YPMN dan LAZ Al-Azhar Peduli Ummat. M Yusuf Sisus diberi amanah menjadi Ketua APMN dan anggota merupakan gabungan dari beberapa personil dari LAZ Al-Azhar dan YPMN. Program APMN ini difokuskan menggalang dana untuk membangun kembali Masjid Al-Furqan.
M Anwar Sani, Direktur LAZ Peduli Ummat, menyakini sebagaimana yang beliau sebutkan pada saat dicetuskannya sinnergi LAZ Al-Azhar dengan YPMN, bahwa Allah SWT campur tangan dalam pembangunan Masjid Al-Furqan Nias. Sewaktu malam Tabligh Akbar di Nias, beliau mengajak ummat Islam Gunung Sitoli Nias, khususnya jamaah Masjid Al-Furqan berdoa, agar Allah Yang Maha Kuasa itu membuka pintu langit sehingga tercurah Rahmat-Nya dan kemudahan mendapatkan dana guna membangunan kembali rumah-Nya, masjid Al-Furqan yang roboh empat tahun lalu.
APMN langsung bergerak, menerbitkan publikasi melalui brosur, majalah Care LAZ Al-Azhar, pemasangan iklan di Tabloid Jum’at koran Republika dan koran Seputar Indoesia setiap edisi Senin minggu pertama dan ketiga, pemasangan spanduk di beberapa tempat strategis. Selanjutnya bershilaturrahim mencari dukungan dari YPI Al-Azhar, Dewan Masjid Indonesia dan Forum Zakat. Dari aktifitas tersebut telah berhasil menyentuh hati para donatur dan kaum muslimin. Infaq mulai mengalir melalui Bank Mandiri, Norek 126.000711 1122 a/n. YPI Al-Azhar dan Norek : 070.0005652958 a/n. Yayasan Peduli Muslim Nias yang khusus menampung dana untuk pembangunan Masjid Raya Al-Furqan Gunung Sitoli. Dari kondisi yang optimis inilah, maka dilakukan peletakan batu pertama hari Sabtu lalu sebagai tanda akan dimulainya pembangunan Masjid Raya Al-Furqan Gunung Sitoli Nias.

Bupati Nias minta Masjid Al-Furqan diupayakan siap dalam dua tahun.

Binahati B. Baeha SH, Bupati Nias menyambut gembira usaha dari LAZ Al-Azhar yang bersinnergi dengan YPMN mendirikan Masjid Al-Furqan yang lokasinya terletak di alun-alun dekat rumah dinas Bupati. Jelas kalau masjid ini rampung, bukan ummat Islam saja merasa senang tetapi juga seluruh masyakat Nias. Hal ini merupakan cerminan kerukunan antar agama yang bisa dilihat di Pulau Nias. Oleh karena itu, Bupati Nias meminta agar Masjid Raya Al-Furqan Gunung Sitoli ini, jangan menunggu tiga tahun baru selesai, tetapi agar diupayakan dua tahun sudah selesai. Pemda Kabupaten Nias sendiri akan ikut membantu pendanaannya sebagaimana yang pernah dijanjikan sebelumnya, sekalipun bantuan Pemda tersebut tidaklah besar bila dibandingkan dengan keperluan dana yang Rp 3.4 miliar untuk seluruh pembangunannya. Hanya saja Bupati meminta kepada Panitia Pembangunan agar dalam proposal kepada Pemda Kabupaten Nias dipenuhi persyaratan dokumen pencairan dana, agar nantinya tidak bermasalah bila diperiksa auditor, BPKP ataupun BPK.

Afif Hamka mendapat sambutan di Gunung Sitoli .

Beruntung sekali dapat mengajak Afif Hamka, putra alamarhum Prof DR HAMKA seorang Ulama Besar Indonesia yang kita cintai. Kehadiran beliau ke Nias, sebuah pulau yang terkenal dengan burung beo ini adalah dalam rangka mengisi Tabligh Akbar pada Jumat malam, tanggal 7 Agustus 2009, sehari sebelum acara peletakan batu pertama. Sehingga Afif Hamka yang semula hanya direncanakan berceramah di satu tempat saja, malah akhirnya menjadi empat tempat, yaitu di Masjid Al-Furqan, Pondok Pesantren Putri Ummi Kalsum, Mushalla An-Nur Botomuzoi, daerah para muallaf 25 KM dari Gunung Sitoli dan Mushalla Madrasah Islamiyah yang disebut juga mushalla orang Padang. Sewaktu mau kembali ke Jakarta keesokan harinya, masih ditahan orang untuk meresmikan Masjid Ash-shalihin Desa Miga yang baru saja selesai direhab. Tetapi yang terakhir ini tidak dapat dipenuhi karena harus segera kembali ke Jakarta. (APMN)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ASAL USUL MARGA LÖMBU

KELUARGA BAPAK HA. BIDAWI ZUBIR DI MATA SEORANG PUTRA NIAS