AKHIRNYA PENSIUN JUGA





11 Oktober 2008 lalu, genap usia saya 56 tahun. Itu artinya terhitung mulai tanggal 01 Nopember 2008 saya memasuki usia pensiun. Ya, akhirnya pensiun juga. Saya sudah menerima Surat Keputusan Direksi Nomor : KEP / 299 / 102008 tanggal 21 Oktober 2008. 29 tahun lima bulan saya mengabdi di PT Jamsostek (Persero). Ada suka dan duka, namun jujur saya katakan lebih banyak sukanya. Syukur Alhamdulillah, saya sangat bahagia.




Saya memang menunggu-nunggu SK Pensiun tersebut. Bukan tidak betah di Jamsostek, tetapi ingin taat aturan. Sebab dalam Surat Keputusan Direksi Nomor : KEP/211/092004, tanggal 17 September 2004 telah ditetapkan masa tugas saya selaku Direktur Utama Dana Pensiun Karyawan Jamsostek berakhir tanggal 30 Oktober 2008.



Waktu ini sungguh sangat sebentar. Masih segar dalam ingatan saya, suatu hari pak Bandu, staf Biro Personalia, mengantar surat ke alamat kost saya di Cempaka Putih, isinya : saya diterima sebagai karyawan Perum Astek terhitung mulai tanggal 01 Juni 1979. Dan yang mengagumkan pada hari itu pula, lahir anak pertama kami, Ulfah Yusuf (sekarang kerja di Bank Mandiri). Hampir saja saya beri namanya Astekawati. Dalam perjalanan waktu yang sekian lama, saya sudah dimutasi di beberapa tempat, baik di Kantor Pusat maupun di Daerah. Pertama kali, saya ditempatkan di Humas sebagai tukang foto dan petugas yang menyiapkan sound system kalau ada acara, misalnya peringatan hari besar Islam, HUT Perusahaan. Setelah lima tahun di Humas, lalu dimutasi ke Kacab Salemba, terakhir jadi Kabag Progsus. Tahun 1987 kembali ke Kantor Pusat, jadi Kabag di Biro Humas dua bulan, kemudian ditempatkan pada Divisi Operasi Wilayah II selama dua tahun. Tahun 1989, saya dimutasi ke Pekalongan, kemudian 1991 ke Solo, dua tahun kemudian, tepatnya tahun 1993 mutasi ke Jambi, masing-masing untuk jabatan Kakacab. Tahun 1996 kembali ke Kantor Pusat (Biro Litbang). Pada tahun yang sama, saya mendapat bea siswa dari PT Jamsostek mengambil S2 di FISIP Universitas Indonesia bersama Ery Arianto dan M Yamin Pahlevi.



Bersama teman-teman lain, tahun 1998 saya mengikuti upgrading, outbond dan assesmen. Tahun 1999 keluar Surat Keputusan Direksi dimutasi dari Litbang menjadi Kakacab Setiabudi menggantikan pak Mirza Irwanto. Kemudian tahun 2001 saya ditarik kembali ke Kantor Pusat menjabat Kepala Biro Perlengkapan dan Sarana menggantikan Pak Salim RA Toha. Kata orang, unit kerja ini basah. Faktanya benar-benar basah. Ceritanya begini. Sehari setelah dilantik, besoknya ibu Murni Firdaus menelpon saya, bahwa di lantai 12 Gedung Jamsostek kebakaran. Sprinkler yang ada di plafon menyemprotkankan air bila ada asap berlebihan atau kebakaran. Air yang mengucur dari alat tersebut mengalir sampai ke lantai 9 di ruang kerja saya, persis membasahi dinding ruang kerja dan kursi Kepala Biro Perlengkapan dan Sarana. Kata saya dalam hati : “Biro ini betul-betul basah”.



Pernah dua kali mendapat kesempatan mengikuti fit and proper test untuk menjadi calon Direksi PT Jamsostek. Soal belakangan ternyata saya tidak jadi Direksi PT Jamsostek, saya tidak kecewa. Saya sendiri menyadari akan kekurangan-kekurangan saya. Tetapi rupanya kepada saya dipercayakan amanah lain, yaitu melayani teman-teman karyawan Jamsostek, baik yang masih aktif maupun yang sudah pensiun. Tahun 2004 ditunjuk menjadi Direktur Utama Dana Pensiun Karyawan Jamsostek menggantikan Pak Henriarso yang memasuki masa Pensiun. Karena menjadi Pengurus Dapen, maka Rapat Pemilihan Pengurus KOMDA III-ADPI Jakarta 2, periode 2005 – 2009, saya dipilih menjadi Ketua. ADPI = Asosiasi Dana Pensiun Indonesia.



Sebagai karyawan, sebenarnya karir saya sudah tiba di puncak sewaktu saya menjabat Kepala Biro Perlengkapan dan Sarana (pejabat Jenjang I untuk PT Jamsostek). Sesuatu yang tidak pernah saya impikan sebelumnya. Sebagai anak desa, asal Nias kelahiran Padang (kedua orang tua saya tidak sekolah), saya sudah bersyukur sekali dapat pekerjaan di PT Jamsostek. Kalau menjelang pensiun bisa seperti saat ini, sungguh karunia sangat besar yang saya terima, atau memang Allah sedang menguji saya. Ya, apapun statusnya, saya berdoa, semoga Allah ridho. Amin!.



Teman-teman ada yang bertanya, apa kegiatan saya setelah pensiun dari PT Jamsostek. Sebenarnya dalam agama yang saya anut, yaitu Islam, tidak mengenal pensiun. Secara administrasi, boleh pensiun. Namun dalam keseharian harus ada kegiatan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an, surat Al-Insyirah, ayat 7 dan 8 : “Faidza faraghta fanshab” Artinya, bila selesai satu urusan, kerjakan urusan yang lain. Tahun 2007, saya mengira akan MPP. Kepala Biro Personalia dengan surat Nomor : B/4777/062007 tanggal 19 Juni 2007, perihal : Pemberitahuan Masa Persiapan Pensiun, meminta saya mengisi Formulir MPP. Sudah saya isi dan menyerahkannya kembali ke Biro Personalia. Sementara menunggu SK MPP, sewaktu ada tawaran pertama, yaitu mengajar dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) di Kebayoran Baru, Jakarta dan dari Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ), saya alumni PTIQ, langsung saya terima dan mulailah saya mengajar sekali seminggu di kedua Perguruan Tinggi tersebut.



Kemudian ada tawaran kedua untuk memimpin sebuah Travel Biro penyelenggara Haji dan Umroh. Nama saya sudah diaktekan, namun karena ada larangan tugas rangkap sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (9) PDP Jamsostek dan Pasal 4 SK Menkeu Nomor : 513/KMK.06/2002, maka saya baru akan aktif di Travel Biro tersebut setelah pensiun ini, Insya Allah. Bagi yang ingin melaksanakan ibadah Umroh atau Haji Plus 2009, silahkan menghubungi Al-Haromain Cabang Jakarta / As-Salam, telp 021-7290758, 7290761 dengan Ustadz Yanuardi atau Sdri. Edah.



Belum lama ini, ada pula tawaran ketiga dari sesepuh orang Nias (mantan anggota DPR RI) yang disampaikan kepada saya untuk menjadi Kepala Daerah di Nias. Nias yang saat ini baru dua Kabupaten, mau dimekarkan menjadi empat Kabupaten dan satu Kota Madya. “Wah, boleh juga tawaran ini. Saya putra Nias. Pendidikan saya mendukung, S2 Ilmu Administrasi Publik. Apalagi ada motto yang sering saya dengar dari orang Nias dan tertanam dalam hati saya : “Aine tahaogö mbanuada”. Artinya : Mari kita bangun daerah kita. Tetapi batin saya lebih banyak menolak dari pada menerima. Ada beberapa alasan, antara lain : Saya bukan anggota salah satu partai yang ada di Indonesia, lalu partai mana yang akan mencalonkan saya. PILKADA itu dari proses awal sampai akhir memerlukan dana yang banyak. Dari mana saya peroleh dana tersebut? Sementara itu dan ini sangat tidak diharapkan, pelaksanaan PILKADA di beberapa daerah menimbulkan kericuhan, bahkan anarkis. Wah, saya tidak rela kalau hal itu terjadi gara-gara saya ikut PILKADA. Tanggung jawabnya berat di hadapan Allah SWT. Selanjutnya, saya yakin banyak putra daerah Nias yang lebih baik dan lebih pantas dari saya memimpin Nias. Taat beribadat, berakhlak mulia, cerdas, mengenal Nias dengan baik, punya link yang luas di luar dan disenangi masyarakat. Oleh karena itu, saya sampaikan kepada beliau : “Tidak, bapak. Sulit itu” E, malah beliau bilang : “Yusuf, anda harus ambil peluang ini?”. Lalu saya jawab lagi : “Kita serahkan saja pada yang lain yang masih muda, potensial dan menginginkannya. Saya ingin menikmati pensiun, pak” Ya, semoga bapak kita itu tidak kecewa.
Untuk mengabdi buat masyarakat Nias, tentu tidak harus menjadi Kepala Daerah, tetapi bisa dalam bentuk usaha lain. Alhamdulillah, sejak dua tahun lalu sudah saya rintis bersama tokoh-tokoh Muslim Nias di Jakarta dan Bandung, mendirikan Yayasan Peduli Muslim Nias (YPMN) dan saya diberi amanah menjadi Ketuanya”. YPMN ini berusaha menggalang dana untuk membangun kembali mesjid dan mushalla yang rusak akibat gempa dahsyat yang terjadi 28 Maret 2005 yang lalu. YPMN sudah mengirim dana ratusan juta ke Nias. Bagi yang ingin menyalurkan Zakat, infaq, sedekah dan bantuannya, dapat disalurkan melalui Bank Mandiri, Norek. : 070-0004778556, A/n. Yayasan Peduli Muslim Nias

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ASAL USUL MARGA LÖMBU

KELUARGA BAPAK HA. BIDAWI ZUBIR DI MATA SEORANG PUTRA NIAS